MAKALAH LAS LISTRIK & LAS GAS
DISUSUN OLEH ANDRIANTON ARAFIC MARFREDDY MUH.AKBAR AGUDA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah las listrik dan
las gas ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada segenap pihak karena telah banyak membantu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah las listrik dan las
gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan dari pembelajaran
las listrik dan las gas serta dari berbagai referensi yang penulis
dapatkan. Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap agar kiranya
ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan,
dan pengetahuan. Disamping itu penulis mengharapkan bahwa makalah ini
tidak hanya sebagai pelengkap tugas saja melainkan dapat disebut sebagai
hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana
mestinya. Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna,
oleh karena itu demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya,
penulis sangat mengharapkan saran serta dukungan maupun kritik yang
sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengan semua itu
kesempurnaan makalah ini dapat tercapai.
Penulis
_______
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Dengan semakin berkembangnya teknologi industry saat
ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai
komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling
sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan
konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam
seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat.
Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban
manuasia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu
memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital.
Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta
dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi
perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut
adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi
dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary
joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2.
Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam
dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan
penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder,
brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar
dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas.
Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.
B. SASARAN Sasaran dari pembuatan makalah ini adalah semua sector dimana
orang-orang yang terkait dalam praktik industry khususnya dalam lingkup
Akademi Teknik Soroako. Dengan sasaran utama adalah mahasiswa dan
mahasiswi yang berperan penting dalam kegiatan praktik di bengkel
khususnya Pengelasan yakni Las listrik dan las gas.
C. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan
tugas utama dalam mengisi nilai akademik pelajaran teknologi manufaktur
yakni las listrik dan las gas. Selain itu, sesuai sasaran yang
dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya makalah ini ialah
membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi
Akademi Teknik Soroako yang kurang memahami mengenai las listrik dan las
gas, dimana diharapkan dengan itu mahasiswa dapat menguasai teori
pengelasan sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam proses praktik di
bengkel.
BAB II ISI MAKALAH
A. LAS LISTRIK 1. Pengertian las listrik Pengelasan adalah suatu proses
penyambungan logam dimana logam menjadi satu akibat panas dengan atau
tanpa tekanan, atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari metalurgi
yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atomatom
tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas
dari gas yang terserap atau oksida-oksida. 2. Mesin las listrik Mesin
las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang
diperlukan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan
suatulengkung listrik las. Sumber tenaga mesin las dapat diperoleh dari:
Motor bensin atau diesel Gardu induk Tegangan pada mesin las listrik
biasanya : 110 volt 220 volt 380 volt Antara jaringandengan mesin las
pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las digerakkan dengan motor,
cocok dipakai untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak
mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak
tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan
ke benda kerja. Jenis-jenis mesin las las listrik terbagi atas : Mesin
las listrik – Transformator arus bolak-balik (AC) Mesin ini memerlukan
sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung
listrik.
Keuntungan – keuntungan mesin las AC antara lain : Busur nyala kecil,
sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las
Perlengkapan dan perawatan lebih murah Mesin las listrik – Rectifier
arus searah (DC) Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang
masuk, menjadi arus listrik searah (DC) keluar. Pada mesin AC, kabel
masa dan kabel elektroda dapat dipertukarkan tanpa
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.
Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : Busur nyala stabil
Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat
menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat mengelas pelat
tipis dalam hubungan DCRP Dapat dipakai untuk mengelas pada
tempat-tempat yang lembab dan sempit 3. Pengkutuban elektroda
Pengkutuban Langsung Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang
Pada terminal negatif dan . kabel massa pada terminal positif.
Pengkutuban langsung sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan
elektroda negatif. (DC-).
Pengkutuban terbalik Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda
dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal
negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan
elektroda positif (DC+)
4. Pengaruh pengkutuban pada hasil las Pemilihan jenis arus maupun
pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada : Jenis bahan dasar yang
akan dilas Jenis elektroda yang dipergunakan Pengaruh pengkutuban pada
hasil las adalah pada penembusan lasnya. Pengkutuban langsung akan
menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada
pengkutuban terbalik akan terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik
penembusan yang dihasilkan antara keduanya. 5. Tegangan dan arus listrik
pada mesin las Volt adalah suatu satuan tegangan listrik yang dapat
diukur dengan suatu alat voltmeter. Tegangan diantara elektroda dan
bahan dasar menggerakkan electron-elektron melintasi busur.
Ampere adalah jumlah arus listrik yang mengalir yang dapat diukur dengan
amperemeter. Lengkung listrik yang panjang akan menurunkan arus dan
menaikkan tegangan.
6. Perlengkapan Las listrik Kabel Las Kabel las biasanya dibuat dari
tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang disebut
kabel las ada tiga macam yaitu :
• • •
kabel elektroda kabel massa kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang pesawat menghubungkan las dengan
elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja.
Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan
listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat
las AC atau AC DC. Pemegang elektroda Ujung yang tidak berselaput dari
elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang
dibungkus oleh bahan penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai
mengelas, bagian pegangan yang tidak berhubungan dengan kabel
digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu. Palu Las Palu
Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya.
Sikat Kawat Dipergunakan untuk : • Membersihkan benda kerja yang akan
dilas • Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh
pukulan palu las.
Klem Massa Klem massa edalah suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa
dibuat dari bahan dengan penghantar listrik yang baik seperti Tembaga
agar arus listrik dapat mengalir dengan baik, klem massa ini
dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang dapat menjepit benda kerja .
Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem
massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran seperti
karat, cat, minyak.
Tang Penjepit Penjepit (tang) digunakan untuk
memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas.
7. Teknik dasar Pengelasan Pembentukan busur listrik pada proses
penyulutan Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub
negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif
(anoda).
Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub
negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda
kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik
(diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah
arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda misalnya
dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya
dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada
lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang
pendek (garis tengah elektroda). • • • • • • • Kawat inti Selubung
elektroda Busur listrik Pemindahan logam Gas pelindung Terak Kampuh las
Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada bagian benda kerja yang
akan dilas,berlangsung hubungan singkat didalam rangkaian arus
pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang
setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah
udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan
dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi
akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam
rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah
sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri
terdiri atas hubungan singkat yang terjadi sangat cepat akibat
pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.
Proses Penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada
lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada
jarak yang pendek (garis tengah elektroda). Menyalakan busur listrik
Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere)
yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd
apat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni : • • Bila pesawat Ias yang
dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan menggoreskan
elektroda pada benda kerja lihat gambar. Untuk menyalakan busur pada
pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan seperti pada gambar.
Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk
melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur
kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti
seperti pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di
A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah
terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ±
sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak
ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm. Adapun hal-hal
yang perlu diperhatikan : • Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga
jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari
penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. • Perbesar
jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk
memanaskan logam induk. • Kalau logam induk telah sebagian mencair,
jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.
Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai pengaruh terhadap mutu
penyambungan maniklas. Untuk mendapatkan sambungan maniklas yang baik
sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur
dikurangi lebih dahulu dan baru kemudian elektroda dijauhkan dengan arah
agak miring. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L)
Yang normal adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti
elektroda. • Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda
akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya : rigi-rigi las yang
halus dan baik. tembusan las yang baik perpaduan dengan bahan dasar baik
percikan teraknya halus. • Bila busur terlalu panjang (L > D), maka
timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari cairan
elektroda. Hasilnya : rigi-rigi kasar tembusan las dangkal percikan
teraknya kasar keluar jalur las. • Bila busur terlalu pendek, akan sukar
memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan
(lihat gambar 158 c). hasilnya : rigi las tidak merata tembusan las
tidak baik percikan teraknya kasar dan berbentuk bola. dan dari las
Pengaruh Besar Arus Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah sukarnya akan menyebabkan busur
penyalaan
listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup
untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar sehingga hasilnya merupakan
rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang
kurang dalam. Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan
mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar
dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada
jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar.
Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan Kecepatan pengelasan
tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang
dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lainlainnya. Dalam
hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus
dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan arus las
yang tinggi. Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan
pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi
menurun. Tetapi di samping itu sampai pada suatu kecepatan tertentu,
kenaikan kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan
pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan panjang juga
akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu cepat
yang mungkin dapat memperkeras daerah HAZ Pada umumnya dalam pelaksanaan
kecepatan selalu diusahakan setinggitingginya tetapi masih belum
merusak kwalitas manik las. Pengalaman juga menunjukkan bahwa makin
tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang terjadi.
Kecepatan pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak
dan pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya lipatan
manik. Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan
menyebabkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik, terlihat
seperti gambar dibawah ini.
Pendinginan
Lamanya pendinginan dalam suatu daerah temperatur tertentu dari suatu siklus termal las sangat mempengaruhi kwalitas
sambungan. Karena itu banyak sekali usaha-usaha pendekatan
untuk menentukan lamanya waktu pendinginan tersebut. Pendekatan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris atau
nomograf atau tabel seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini. Struktur mikro dan sifat mekanik
o
dari
daerah
HAZ
sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800
oC samapi 500 C. Sedangkan retak dingin, dimana hidrogen memegang
peranan penting, terjadinya sangat tergantung oleh lamanya pendin ginan
dari temperatur 800 oC sampai 300 oC atau 100 oC
Elektroda Klasifikasi Elektroda Elektroda baja lunak dan baja paduan
rendah untuk las busur listrik manurut klasifikasi AWS (American Welding
Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artInya sebagai berikut : E
menyatakan elaktroda busur listrik XX (dua angka) sesudah E menyatakan
kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2 lihat table. X (angka
ketiga) menyatakan posisi pangelasan. angka 1 untuk pengelasan segala
posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan X (angka
keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai
untuk pengelasan lihat table. Contoh : E 6013 Artinya: Kekuatan tarik
minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2 Dapat
dipakai untuk pengelasan segala posisi Jenis selaput elektroda
Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC + atau DC • Elektroda
Baja Lunak •
1. E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai
untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada
segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan.
Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat
dipakai untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa
dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas
pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur
listrik bila dipakai arus AC. • . E 6012 dan E 6013 Kedua elektroda ini
termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan penembusan sedang.
Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan
jenis E 6013 sangat baik untuk posisi
pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada
ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung
lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah.
Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai untuk pangelasan
pelat tipis. • 3. E 6020 Elektroda jenis ini dapat menghasilkan
penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas dari lapisan las.
Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan
terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada pengelasan
dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut. •
Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur
listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti.
Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah cara destrusi, semprot
atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm
dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenisjenis selaput fluksi pada
elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium
dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk
besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang
berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter
elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput
elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang
melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan dapat mempengaruhi
sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan
terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas. •
Elektroda dengan selaput serbuk besi Selaput elektroda jenis E 6027, E
7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk besi untuk
meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih
tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk
besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih
tinggi.
• Elektroda Hydrogen rendah Selaput elektroda jenis ini mengandung
hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga
dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk pengelasan yang
memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan
bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018. • Elektroda untuk
besi tuang • Elektroda baja Elektroda jenis ini bila dipakai untuk
mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang kuat sehingga
tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini
dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang
dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub
terbalik. • Elektroda Nikel Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas
besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda
nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang
dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila
dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda
nikel dapat dilihat pada tabel dibawah ini. • Elektroda Perunggu Hasil
las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang
las dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu
fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil. • Elektroda
untuk aluminium Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang
dibuat dari logam yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai
dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang
membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik
adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian arus
dinyatakan dalam tabel berikut.
• Elektroda untuk pelapis keras • Elektroda tahan kikisan Elektroda
jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan
serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm
dipakai peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik.
Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis keras permukaan pada sisi
potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau. • Elektroda
tahan pukulan Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC
kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu. •
Elektroda tahan keausan Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non
ferro yang mengandung Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk
pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur
dan keausan sangat tinggi. Macam-macam gerakan elektroda • Gerakan arah
turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur
jarak busur listrik agar tetap. • Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini
diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan
keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas
lebih dangkal daripada ayunan kehawah. Ayunan segitiga dipakai pada
jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang
baik diantara dua celah pelat. Beberapa bentuk-bentuk ayunan
diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titiktitik pada ujung ayunan
menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebutL untuk
memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan
gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih
lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari
bahan dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar. Alur Spiral
Alur Zig-zag
•
Alur segitiga • Posisi pengelasan • Posisi di bawah tangan Posisi bawah
tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh
sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat
meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10
derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda
dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja. • Posisi tegak
(vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah
pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan
yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah
bawah dapat diperkecil
dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat
terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. •
Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga
mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah
elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring
sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat –
80 derajat kearah benda kerja. • Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan
perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja
terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5
derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat
terhadap benda kerja.
Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving
yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat
dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan
penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam
pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa
dengan jalan pipa diputar. Posisi horizontal (2G)
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada
posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi
pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya
gravitasi akibatnya cairan Adapun las akan posisi selalu sudut kebawah.
electrode
pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali
diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang
baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali
diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan
gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua
sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk
pengisian berikutnya. Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G
dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada
vertikal. plate dan
Kesulitan
pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.
Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2,
yaitu : 1. Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai
dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik
rendah
kecepatannya
lebih
dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap
satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi
pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan
pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan
baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11
dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan
kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3.
Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk
segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode. 2.
Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa
saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih
menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Pengelasan
posisi Fillet Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada
posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada
sambungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi
sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative
mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah
kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau
kebiasaan operator las.
8. Perlengkapan Keselamatan Kerja Helm Las Helm Ias maupun tabir las
digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar
ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm
las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra
violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu
tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh
karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat
menahan sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai
tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las
adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk
pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75
amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk
pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400
amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar
maupun dalam dilapisi dengan kaca putih. Sarung Tangan (Welding Gloves)
Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan
memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai
sepasang sarung tangan.
Apron Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang
dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron :
apron lengan apron lengkap apron dada Sepatu Las Sepatu las berguna
untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu
las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai
asker Las Ma Jik tidak mem ka mungkinkan adanya kam las dan v mar
ventilasi yan baik, ma gunakan ng aka nlah masker las, agar te erhindar
dar asap dan debu las yang beracun. ri d g
amar Las Ka Kamar Ias dib buat dari bahan tahan. .api. Kamar las pentin
agar ora r ng ang yang ad da disekitarn tidak terg nya ganggu oleh
cahaya las. h Untuk me engeluarkan gas, sebaikn kamar l dilengkap las pi
nya dangan si istim ventila Didalam kamar las ditempatka asi: m s an
meja Ias. Meja las h . harus bersih dari bahan h n-bahan yan ng mudah
terbakar agar terhind dar dari kemungkina an
a n kan as ga terjadinya kebakaran oleh percik terak la dan bung api.
Jak Las ket Jak pelindung badan+tan ket g ngan yang teb dari kul buat lit/asbes
B. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN ) 1. Pengertian Las Oksi-Asetilin Las Oksi
asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis
gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses
las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen (O2)
dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang
paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas
Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan memiliki rumus kimia C2H2 ). Gas
ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain.
Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan
temperature nyala api lebih tinggi dari gas bahan bakar lainya, baik
bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.
2. Bahan Bakar Gas Asetilin ( C2H2 ) Asetilena (Nama sistematis: etuna)
adalah suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus
C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, karena hanya
terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena,
kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom
karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini
menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus,
dengan sudut C-C-H sebesar 180°. Propan Propana adalah senyawa alkana
tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan normal, tapi dapat
dikompresi menjadi cairan yang mudah dipindahkan dalam kontainer yang
tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain pada
pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai
bahan bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah. 3.
Peralatan Las Oksi Asetilin Tabung Gas Tabung gas berfungsi untuk
menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas
dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini
sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium.
Tabung gas tersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga
besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan
kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk
membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen
atau gas lainya dapat dilihat dari kode warna yang ada pada tabung itu.
Katup Tabung Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka
digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung.
Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan,
sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material
Baja.
Regulator Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk tekann
mengurangi atau
menurunkan
hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk
mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau
pemotongan. Bahkan jika tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus
dipertahankan tetap oleh regulator. Pada regulator terdapat
bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup
pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja
dan katup pengatur keluar gas menuju selang. Selang gas Untuk
mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang
gas. Untuk memenuhi
persyaratan keamanan, selang harus mampu menahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam
pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana
membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan
kode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi
informasi tentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang
mengalir dalam selang. Torch ( Pembakar ) Gas yang dialirkan melalui
selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan
akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas,
toch memiliki dua fungsi yaitu : • Sebagai pencampur gas oksigen dan gas
bahan bakar. • Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel. Torch dapat
dapat dibagi menjadi beberapa jenis menurut klasifikasi berikut ini :
Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur. Dibedakan atas : •
Injector⎫ torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas bahan
bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen. • Equal
pressure torch (torch⎫ bertekanan sama) Pada torch ini, tekanan gas
oksigen dan tekanan gas bahan bakar pada sisi saluran masuk sama
besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung
dalam tekanan yang sama. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas : •
Toch normal • Torch ringan/kecil Menurut jumlah saluran nyala api.
Dibedakan atas : • Torch nyala api tunggal • Torch nyala api jamak
Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas : • Torch untuk gas asetilen •
Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain. Menurut aplikasi. Dibedakan
atas :
• Torch manual • Torch otomatik/semi otomatik Pematik api Las Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.
Tip Cleaner Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang mulut pembakar.
4. Proses Pengelasan Oksi Acetilin Menentukan nyala api • Nyala api
Karburasi Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan
maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala
baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar
akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang
panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak
digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan
bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
• Nyala api Netral Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen
dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang
berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.
Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum
setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut. • Nyala
api oksidasi Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk
menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna
kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala
yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari
kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya.
Teknik Pengelasan • Posisi pengelasan di bawah tangan Pengelasan di
bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan
benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar
(brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod)
dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan
ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi
panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala
diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus. • Posisi
pengelasan datar ( horizontal ) Pada posisi ini benda kerja berdiri
tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga
cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander
sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja
menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan
kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
• Posisi pengelasan tegak ( vertical ) Pada pengelasan dengan posisi
tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi
ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60°
dan sudut brander sebesar 80°. • Posisi pengelasan di atas kepala (
Overhead ) Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit
dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas
kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi
ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°. • Pengelasan arah ke
kiri ( maju ) Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala
api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap
arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas. •
Pengelasan arah ke kanan ( mundur ) Cara pengelasan ini adalah arahnya
kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini
diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas. • Operasi
Branzing ( Flame Brazing ) Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah
proses penyambunngan tanpa mencairkan logaminduk yang disambung, hanya
logam p eng isi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang
menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ±
1550 °C) lebih tinggi dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan perbedaan
titik car itu, proses branzing, akan lebih mudah dilaksanakan daripada
proses pengelasan. • Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut ) Kasus
pemotongan logam sebenarnya dap at dilakukan dengan berbagai dan contoh
cara. Proses
penggergajian (shearing)
(sewing)
menggunting dari proses
merupakan
pemotongan logam dan lembaran logam. Proses
menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya
tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih
tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat
memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka
digunakan las gas ini dengan peralatan khusus misalnya mengganti
torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat
logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas
Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch
yang memang dibuat untuk keperluan memotong. • Operasi Perluasan ( Flame
Gauging ) Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada
produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya.
Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih
dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu.
Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi
diisi kembali dengan logam las.
• Operasi Pelurusan ( Flame Straightening ) Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada komponen
dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan
prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang. Batang
lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai
pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan
pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.
Keuntungan mengelas Oksi Asetilin • peralatan relatif murah dan
memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit. • Cara penggunaannya sangat
mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga
mudah untuk dipelajari. • Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan
maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan
sederhana • Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam
dapat dilas dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun
penyambungan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis membaca dari semua referensi yang di
dapatkan dan dari penyusunan makalah ini maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa : Pada akhirnya penulis mengetahui Pengertian las listrik,
alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi
pengelasan laslstrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik
serta keselamatan kerja yang semestinya dilaksanakan dalam proses
pengelasan las listrik. Penulis akhirnya dapat mengetahui pengertian las
gas, perlengkapan yang digunakan pada praktik las gas, jenis-jenis
nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las gas.
B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pembaca makalah
ini sebagai berikut : Dalam pembuatan makalah diperlukan kerja keras
dalam mencari berbagai referensi agar makalah yang dibuat lebih baik.
Pelajari makalah yang telah dibuat, agar dapat menambah wawasan lagi
DAFTAR PUSTAKA
www.lab teknologi mekanik.com
http://kamissore.blogspot.com/2009/06/kerja-las-listrik-dan-gas.html
Cary Howard B, “Modern Welding Technology” Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey Q7632, USA, 1994. Messler R.W, Jr., “Principles of
Welding” John Wiley & Sons, Inc. USA, 1999.
http://laslistrik.blogspot.com/2009/06/.html
http://materi-kuliah.blogspot.com/2009/06/.html
http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html

Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
BalasHapusFind your 당진 출장샵 way around the casino, find where everything is located with information you need 거제 출장마사지 to make the most of 대전광역 출장마사지 your 전주 출장마사지 day. No matter the gaming, we 태백 출장샵 have the